Balita selamanya

Ketika Tuhan menciptakan manusia, sah-sah saja bagi DIA untuk menjadikan itu sekedar just for fun, alias tanpa tujuan. Tapi Tuhan menciptakan manusia sebagai  bagian dari sebuah struktur keagungan-Nya. 

Tuhan telah ciptakan semesta yang tunduk patuh padanya tanpa reserve. Dan ciptaan berikutnya yang diklaim sebagai master piece, ahsani taqwiim, berkesebalikan dengan ciptaan-Nya yang lain, membantah, mempertanyakan dan ingkar.

Ketika seorang balita bermain dengan kelereng-kelereng lucu nan sedap dipandang mata, maka sering ada keinginan dari si bocah untuk menelan kelereng-kelereng itu. Dan orang-orang yang lebih nalar disekitarnya, yang disebut “orang dewasa” buru-buru mencegah aksi si balita. Dan reaksi si balita adalah menangis sejadi-jadinya, marah bahkan mungkin mengutuki mereka yang telah mencegah keinginannya tersebut.

Bagi si balita, kelereng itu adalah miliknya, haknya,  yang menurutnya sah-sah saja bila ia telan atau ia buang. Tapi bagi orang dewasa di sekitarnya, kelereng itu memang hak dari si balita, tapi harus segera diambil hak itu bila kelereng-kelereng itu menjadi sesuatu yang membahayakan bagi si balita sebagai wujud penjagaan dan kasih sayang.

Balita itu adalah saya, anda dan kita semua. Apa yang ada pada kita sering kita hargai begitu tinggi seolah ia tak boleh lepas dari pelukan kita. Dan ketika apa yang ada pada kita itu terambil dengan beribu cara, marahlah kita, menangislah kita, mengutukilah kita. Padahal sesungguhnya “kelereng-kelereng” tadi tidak lebih dari sesuatu yang justru akan membuat kita terjerumus pada lubang kesengsaraan yang memilukan.

Hanya pada hati bersih nan fitri, kita akan tersadar bahwa semua kasih sayang Nya tidak harus berwujud pemberian, tapi juga perampasan, kesedihan dan duka nestapa.

Hanya pada mata batin yang bening memandang karena tersinari nur-Nya, ternampakkan sebab dan akibat.
Hanya pada mulut-mulut kejujuran, terucap kata syukur dan tobat
Dan hanya pada jiwa-jiwa nan kokoh berselimut cahaya iman, langkah-langkahnya tak terhenti untuk mendekati-Nya.

Sesungguhnya Tuhan, Allah yang Rahman dan Rahim lah menjaga kita. Dan kita mencoba melepas penjagaan itu karena kesombongan diri bahwa kita bisa tanpa dijaga. Padahal kita tak lebih dari balita.Balita yang tidak pernah tumbuh dewasa, balita yang menganggap dirinya lebih tahu segalanya.




0 Response to "Balita selamanya"

Posting Komentar