Lionell Messi jadi imam di masjidku

Ho ha hem .. menguap aku mendengar jeritan alarm hapeku. Jam 1.30 dini hari.Suara musik hip hop "yaa Thaybah" nya Native Deen membangunkanku. Istriku melambaikan tangan memberi isyarat agar saya segera menghentikan kebisingan. Sementara anakku menggeliat dan segera menutupi telinganya dengan guling si domba Shaun.

Kukucek mataku, bangunlah segera aku. Edian! Tidak seperti malam-malam sebelumnya, tidak ada setan yang menindihku sehingga aku berat untuk bangun. Tidak ada iblis yang mengencingi mataku yang bisa membuat aku susah membuka mata. Tidak ada pula peri-peri cantik menggodaku untuk terus tidur dan melanjutkan mimpi-mimpi indah.

Selesai menguras isi kandung kemihku, kubasuh mukaku. Ah .. apakah aku harus sholat malam? Itu khan hanya sunnah, kata hatiku disudut sana. Segelas kopi selesai dibuat dan  televisi telah menunggu.

Inilah alasanku menset alarm. Ada pertandingan bola. Barcelona yang main. Sekalipun tidak ngefans ke Barcelona tapi saya terkagum-kagum sama si Messiah, Lionell Messi.

Weleh, pertandingannya belum dimulai. Masih pada nyobrot ngalur-ngidul. Misuh-misuh aku mendengar cobrotan mereka yang ditelevisi. Kalo mereka memang ahli, ngapain jadi komentator. Mbok sana nglatih timnas dan menerapkan apa yang mereka cobrotkan sehingga Indonesia jadi juara dunia.

Ting tong! Sebuah sms masuk, dari seorang teman. Isinya : "Ayo bertaruh satu pak rokok. Saya njago musuhnya Barcelona". Goblok temen arek iki. Barcelona kok dilawan. Tak jawab : "Boleh!"

Priiiiiit! Pertandingan dimulai. Jan .. gayeng tenan ki. Messi meliuk-liuk seperti makhuk jelmaan perpaduan antara Einstein, kera, banteng dan belut jadi satu. Baru sepuluh menit, Messi mencetak gol. 1 - 0! Segera tak kirim sms ke temanku tadi. Isinya meledek. Puas bener dah!


Aduh gobloknya! Kenapa striker lawan dibiarkan sendirian. Deg-degan. Striker lawan berlari kencang. Satu, dua, tiga bek Barcelona dilewati. Kipernya maju. Bola dichip. Dan ...goool! 


Ting-tong! Sms masuk "modar kowe!"


Priiit .. ! Istirahat setengan mainan,. Saya gemes. Harusnya sudah lebih dari 2 gol tercipta. Ah .. pelatih Barcelona tentu sudah menyiapkan strategi jitu. Masak lawan tim embyeh-embyeh nggak menang telak?


Terdengar adzan dari masjid seberang jalan. Adzan sholat malam. Weleh .. sudah jam 2.45.


Pertandingan babak kedua dimulai. Gregetan juga. Tidak ada gol tercipta. Skor sama. Padahal ini final. Harus ada yang menang. Sementara ditelevisi saya melihat wajah frustasi si Lionell Messi. Kecepatan dan skillnya dihabisi ketangguhan bek lawan.

Babak kedua deg-deg plas. Bukan soal kalah menang menang satu pak rokok, tapi ini soal harga diri, batinku. Dan jabang bayik! Barcelona seperti gentar. Gol penyeimbang tadi membuat mereka jadi seperti cemas. Bola hanya mondar-mandir dilapangan tengah. Serangannya jadi kacau terkesan sekedar "mencoba" menyerang dari pada menyerang sesungguhnya. Dan ... priiiiiit! Babak kedua selesai. Edian!

Tambahan waktu pertandingan 2 x 15 menit. Baru jalan 5 menit babak tambahan pertama, adzan subuh masjid sebelah rumah bergema. Waduh! Dilema tenan ini. Masak tak tinggal ke mesjid. Sementara permainan makin gayeng saja. Nggak ke mesjid nggak pa-pa lah. Sekali-kali. Toh nggak dosa. Nanti setelah selesai bal-bal-annya baru sholat subuh, sendiri, dirumah.

Tapi... walah ... kata pak ustad, mengutamakan nonton bal daripada sholat wajib bisa setara dengan syirik. Masak pertandingan bola lebih penting dari Gusti Alloh? Piye ki?

Sik .. sik .. bentar. Saya ingat seorang teman yang pernah memilih makan dan nggak sholat jamaah karena berprinsip " lebih baik makan mikir sholat daripada sholat mikir makan". Nah! Logika ini aja yang tak pake. Weleh. Tapi teman saya bukan ustad ...! Waduh

Wis, kuatkan hati. Ambil air wudhlu, ganti baju, ambil sarung, berangkat! Aku siap, aku siap, aku siap, kataku dalam hati menirukan sponge bob.

Keluar rumah, muadzin sudah iqamat. Bergegas aku. Moga-moga imamnya bacaaannya cepet dan surahnya pendek-pendek, harapku. Sampai dimesjid nyusul sholat. Suara imam mendayu-dayu. Bacaan al fatihah kucoba kuresapi. Hasilnya? Ayat demi ayat terdengar silih berganti dengan sorak sorai stadion. Kulihat kedepan. Melihat imam. Lho? kok kaya lionell messi?

Amieeeeeeeen! Jamaah koor selesai imam baca al Fatihah. Yang terdengar ditelingaku malah suara : goaaaaaaal!.Edian!

Dan si Lionell Messi ini bacaan surahnya kok panjang banget ya? Suara kresek-kresek, dehem, batuk jamaah lain seperti ejeken temanku. Aku sangat gelisah. Super gelisah. 

Sujud, aku ingat messi yang tergelatak ditanah dan ditindih rekan-rekannya karena baru saja mencetak gol. Ya kalo messi menggolkan lagi? Kalo lawannya? Apa malah nggak kalah taruhanku. 

Skornya berapa ya? Menang apa kalah ya? Wah. 

Aku gelisah. Aku super gelisah. Kubatalkan sholatku, terbirit-birit ke rumah dan nongkrong di depan TV lagi.

0 Response to "Lionell Messi jadi imam di masjidku"

Posting Komentar