Perempuan oh perempuan

Malam dah larut. Saya asyik didepan komputer sementara istri saya asyik lempit-lempit baju cucian. Anak semata wayang dah tidur dari ba'da isya'.  Diluar hujan deras sekali. Untungnya nggak mati lampu. Biasanya baru hujan sebentar listrik sudah mati. Dan seperti biasa .. konsumen harap maklum. Tapi ini dengaren ...

Tiba-tiba istri nanya saya lapar apa nggak. Karena dia bilang dia lapar. Padahal nasi dan lauknya dah ludes sejak magrib tadi. Mau cari makan dimana dihari selarut dan dalam suasana hujan kayak gini?

Alternatipnya ya bikin sendiri. Mau bikin nasi goreng ribetnya setengah mati, harus ngliwet dulu baru bumbu dan terus digoreng. Jalan satu-satunya ya bikin mie instan. Nggak ribet, wong instan. Tapi ciloko, mienya tinggal satu. Tak kurang akal, telornya dikasih dua plus kobisnya dibanyakin. Biar jadi banyak.

Hasil olahan dibagi dua sama istri saya. Logikanya separo-separo. Tapi ini enggak. Saya dapat jatah lebih banyak. Dan .. cling .. saya baru sadar ..

 Dulu ibu saya pun berlaku demikian. Dengan 6 orang anak plus 1 suami, ibu saya rela menunggu kami makan. Dia ambil sisanya. Dan tak jarang, anak-anaknya kurang ajar sering kokoh sak pol-e, habis itu tidak dihabiskan. Dan ibu sayalah yang kebagian tugas menghabiskan.
Semua dilakukan oleh ibu saya dan istri saya dengan ikhlas. Ada semacam program kecil yang tertanam di DNA mereka bahwa mereka hidup untuk melayani. Ya suami, ya anak. Tidak ada keluh kesah.
Bahkan kalo saya ingat, teman-teman wedhok saya waktu sekolahpun sering begitu. Kalo pas lotisan atau makan-makan bareng, nggak segan-segan teman-teman wedhok saya ini sibuk mondar-mandir bikin minum, nyiapkan ini itu sementara saya dan teman-teman lanang yang lain clemat-clemut ngemplok.
Bah .. nggak adil kayaknya .. tapi mau gimana lagi .. lha wong mereka suka. Dan itu naluri. Memang harus begitu. Kalo semua minta jatah sama .. ya bubar. Nggak ada yang masak, otomatis malah nggak ada yang makan.
Jadi tidak usah diusahakan sama. Yang harus diusahakan adalah lebih merespek apa yang telah mereka lakukan. Karena apa yang mereka lakukan adalah sebenarnya naluri dari respek mereka terhadap kaum lanangan yang telah rela ditakdirkan menjadi makhluk terkuat yang biasanya akan punah duluan .. 

0 Response to "Perempuan oh perempuan"

Posting Komentar