System Rejeki

Dini hari diserambi sebuah masjid, seorang guru ngaji yang modelnya celelekan tapi ilmunya lebih banyak dari rambut lebat dikepalanya berhadapan dengan muridnya yang modelnya celelekan juga tapi ilmunya lebih sedikit dari jari sebelah kakinya. Sambil nyruput kopi dan sledap-sledup ududan mereka berdialog.

Guru : kamu percaya bahwa Allah telah menjamin rejeki tiap makhluknya dari makhluk yang gedenya sak hohah sampai makhluk mikroskopis?

Murid : yo jelas percaya to Guru ...

Guru : bagaimana kamu bisa percaya?

Murid : guru ki piye tho? ya dari Qur'an .. dari Hadist!

Guru : Terangkan ... kasih contoh ...

Murid : Blaik! (dalam hati) .. piye yo Guru .. angel banget .. pokoknya begitu itu deh ..

Guru : (mencereng ) lha itu .. kepercayaan yang goblok! nggak pake ngelmu .. dogmatis ... agamamu itu agama otak! Bukan agama pokokmen!


Murid : Lha terus gimana guru .. penjelesannya ..

Guru : Tak ceritakan sebuah kisah ... alkisah, ada seorang yang nggak percaya bahwa Allah telah menjamin rejeki setiap makhluknya. Ya itu tadi .. dari yang makhluk yang besarnya sak hohah sampai makhluk mikroskopis. Nekad orang ini menyepi di sebuah gua ditengah padang pasir. Berhari-hari nggak makan dan minum dan menunggu jatah rejeki dari Allah yang dijanjikan. Pada hari dimana ia akhirnya nggletak dan hampir sekarat, turun badai besar dengan hujan, angin dan petir yang hebat. Serombongan musafir berada ditengah badai itu. Akhirnya mereka menemukan gua tempat orang tadi menyepi. Tentu saja mereka terkaget-kaget melihat didalam gua ada orang kurus kering dan sekarat. Akhirnya mereka menolong orang itu dengan memberi makan, minum dan obat. Orang itu akhirnya percaya, bahwa allah menjamin rejeki setiap makhluknya. Bahkan dirinya yang didalam gua nun ditengah padang pasir pun masih juga tangan Allah mengulurkan rejeki.

Murid : weh .. bagus banget ceritanya guru ..

Guru : coba kamu tengok lagi orang gila dijembatan sana itu. Bertahun-tahun disana, nggak kerja nggak nyari duit, dia tetep hidup. Darimana dia makan? Dikasih orang? Bisa jadi. Gresek tempat sampah? Bisa jadi juga .. intinya dia hidup .. dia mampu bertahan hidup dan untuk itu rejeki Allah yang yang berbicara ..

Murid : bentar Guru .. kalo memang Allah menjamin rejeki tiap makhluknya .. lantas kenapa ada orang mati kelaparan di jaman ini, kayak di papua atau yang paling hebat tahun 80-an di etiopia? Dimana Allah Guru ? .. kenapa Allah nggak turun tangan Guru?

Guru : Allah itu bekerja dengan system, Allah bekerja dengan sunnahnya ... kasih contoh gini : kamu butuh sepeda motor, terus kamu berdoa mati-matian agar Allah memberi kamu motor. KEbetulan Allah medengarkan doa kamu. Tidak mungkin sepeda motor itu turun begitu saja mak bruk dihadapan kamu sebagai bentuk terkabulnya permohonan kamu. Lha STNK dan BPKB-nya piye? Masak Allah mengutus Jibril pergi ke SAMSAT untuk mengurus STNK motor kamu? Allah mengabulkan permohonan kamu lewat cara yang manusiawi .. misalnya tiba-tiba kamu dapat warisan atau kamu dapat uang hadiah besar dari beli korok kuping ...

Murid : sampeyan ki koq mesti nyaut kuping to guru ...

Guru : Kasih contoh lagi .. matinya singa, kera, kangguru dan hewan-hewan lain koleksi Bonbin Solo dan Surabaya .. waktu mereka hidup dialam liar ... Allah kasih hewan-hewan itu rejeki melalui kekayaan alam-Nya... nah .. waktu di Bonbin, Allah kasih rejeki melalui dana yang diambil APBD, tiket pengunjung dan lain-lain yang disalurkan oleh pengelola Bonbin. Cuman karena pengelolanya ngragas, sehingga kepala ayam, rumput dan buah-buahan jatah mereka dibadhog sendiri oleh pengelola bonbin, ya matilah hewan-hewan itu kelaparan. Jadi yang salah bukan karena tangan Allah nggak nyampe ke Etiopia, tapi karena sistim sudah kacau. Ada yang hatinya sudah bebal nggak nggagas sedulurnya yang kelaparan . Malah tiap hari perutnya diisi dengan barang  badogan haram hasil korupsi. Makanya dinegeri gemah ripah ini pun masih banyak kejadian busung lapar dan kelaparan. Penguasanya merem wal ndablek, orang sekitar korban juga nggak perduli.

Perbincangan mereka berhenti waktu ada gerobak bakso lewat (dan penjualnya tentunya yang lewat ... kalo gerobak saja khan jadi horor)

Murid : Bakso itu enak guru .. sampeyan mau ..

Guru : (manggut-manggut)

Murid : kalo begitu .. mana uangnya .. saya belikan ..

Guru : dasar kampret kamu .. (sambil ngrogoh kantung celananya)

0 Response to "System Rejeki"

Posting Komentar